Sejarah penggunaan pupuk diperkirakan
sudah mulai pada permulaan dari manusia mengenal bercocok tanam >5.000 tahun
yang lalu. Bentuk primitif dari pemupukan untuk memperbaiki kesuburan tanah
terdapat pada kebudayaan tua manusia di negeri-negeri yang terletak di daerah
aliran sungai-sungai Nil, Euphrat, Indus, di Cina, Amerika Latin, dan
sebagainya (Honcamp, 1931). Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar
aliran-aliran sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang
kaya hara melalui banjir yang terjadi setiap tahun.
Pupuk hayati pertama yang dikomersialkan adalah rhizobia, yang oleh dua orang ilmuwan Jerman, F. Nobbe dan L. Hiltner, proses menginokulasi benih dengan biakan nutrisinya dipatenkan. Inokulan ini dipasarkan dengan nama Nitragin, yang sudah sejak lama diproduksi di Amerika Serikat. Pada tahun 1930-an dan 1940-an berjuta-juta ha lahan di Uni Sovyet yang ditanami dengan berbagai tanaman diinokulasi dengan Azotobacter. Bakteri ini diformulasikan dengan berbagai cara dan disebut sebagai pupuk bakteri Azotobakterin
Di Indonesia sebenarnya pupuk organik itu sudah lama dikenal para petani. namun, pada saat ini kebannyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganyapun relatif murah karena di subsidi, dan mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat tergantung kepada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap lingkungan hidup dan perkembangan produksi pertanian.
Tumbuhnya kesadaran akan dampak negatif
penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan
pada sebagian kecil petani telah membuat mereka beralih dari pertanian
konvensional ke pertanian organik. Pertanian jenis ini mengandalkan kebutuhan
hara melalui pupuk organik dan masukan-masukan alami lainnya. Penggunaan pupuk
hayati untuk membantu tanaman memperbaiki nutrisinya sudah lama dikenal. Di Indonesia sebenarnya pupuk organik itu sudah lama dikenal para petani. namun, pada saat ini kebannyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganyapun relatif murah karena di subsidi, dan mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat tergantung kepada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap lingkungan hidup dan perkembangan produksi pertanian.
0 komentar:
Posting Komentar